Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Air sangat penting dalam kehidupan, tanpa air semua makhluk hidup yang ada di bumi akan mati. Tanpa air manusia bisa kehausan , kekurangan zat air di badannya hingga mengakibatkan kematian. Tanpa air, hewan juga akan kehausan dan akhirnya mati. Begitupula tanah tanpa air akan menjadi tandus dan gersang, tumbuh-tumbuhan akan layu dan kering hingga kemudian air adalah masalah dunia dan masalah kehidupan. Dalam alqurâan dikatatakan bahwa air adalah sumber kehidupan, dan dari air segala makhluk hidup dijadikan. Asal mula air itu bersih , dapat di gunakan untuk bersuci atau membersihkan segala sesuatu dari kotoran. Dan untuk minum yang sangat penting artinya bagi kesehatan, baik individu, keluarga, masyarakat maupun lingkungan. Akan tetapi kenyataannya air bersih sekarang itu susah didapatakn karena air mulai tercemar, tidak bersih lagi seperti asal mulanya dahulu karena di sebabkan oleh perilaku dan perbuatan manusia yang tidak bersahabat lagi dengan alam. Akibat dari tercemarnya air menyebabkan rusaknya ekosistem dan kelestarian alam bahkan terancamnya kehidupan manusia yang akan menimbulkan berbagai penyakit yang disebabkan karena air yang tidak bersih lagi akibat hilangnya kesadaran manusia terhadap pentingnya air air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur. Telah dikatakan bahwa polusi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit akibat Pencemaran Air bagi Masyarakat. Air yang tercemar tentu membawa banyak kerugian bagi masyarakat, mengingat kedudukan air sebagai salah satu elemen terpenting dari kehidupan kita. Berikut ini sebagian akibat pencemaran air bagi kehidupan sehari-hari yang seluruhnya bermuara pada satu hal, yaitu yang mengakibatkan terganggunya kesehatan. ⢠Tumbuhnya mikroorganisme berbahaya yang berasal dari pembusukan sampah. Jika masuk ke dalam tubuh, mikroorganisme ini akan menimbulkan bahaya seperti penyakit. ⢠Air yang beracun, sehingga berbahaya jika dikonsumsi. Racun ini bisa berasal dari limbah kimiawi dari rumah tangga, industri, pestisida dari kegiatan pertanian, dan sebagainya. ⢠Kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. ⢠Terganggunya keseimbangan ekosistem di dalam air; yang bisa berdampak juga untuk kehidupan manusia, contoh berkurangnya populasi ikan di sungai atau laut. Air memberikan banyak manfaat bagi hidup kita. Dengan air kita dapat makan, minum, mencuci, mandi, membersihkan barang, bermain, dan sebagainya. Lalu pernahkah terlintas dipikiran kita bagaimana jika kita hidup di bumi ini tanpa air? Yang menyebabkan lingkungan air tercemar dan rusak adalah disebabkan karena kesalahan dan kelalaian kita sebagai manusia dalam memanfaatkan, memelihara, dan merawat ketersediaan air dalam kehidupan sehari-hari Lalu setelah menyadari akan segala kecerobohan ini kita seharusnya dapat berubah. Kita harus berubah, mencoba berpikir dengan segala potensi akal sehat yang kita miliki untuk dapat berbuat demi menyelamatkan kelestarian air di bumi ini. Untuk menjaga kelestarian air ada beberapa hal yang dapat kita lakukan yaitu ⢠Menghemat penggunaan air bersih. ⢠Membuang sampah pada tempatnya. ⢠Mengadakan pengolahan limbah secara benar. ⢠Menjalankan reboisasi agar hutan tetap terjaga kelestariannya. ⢠Mencegah penebangan pohon secara liar. ⢠Mengadakan sosialisasi tentang betapa pentingnya melestarikan lingkungan air dan peranan air dalam kehidupan umat manusia. ⢠Menghapus sistem penambangan secara liar tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem. ⢠Membersihkan daerah sumber-sumber air bersih dari segala sampah. ⢠Menciptakan suatu lingkungan yang asri, dengan di mulai dari lingkungan rumah kita sendiri. ⢠Menjaga stabilitas ketersediaan air bersih di dalam tanah. Oleh karena itu, marilah kita melakukan perubahan sekecil apapun sejak dini demi kelangsungan hidup yang lebih baik lagi bagi generasi penerus bangsa. Dimulai dari sekarang mari lakukan secara bersama-sama berpikir dan berupaya untuk âmenyelamatkanâ kelangsungan kehidupan di muka bumi ini dengan upaya âmelestarikanâ keberadaan air. Lihat Nature Selengkapnya
Anak perempuan berseragam SD dalam foto ini sedang melayani pembeli di warung orang tuanya. Saya mengambil gambar ini pada Senin, 24 Juli 2017. Warung oleh-oleh itu terletak di tepi jalan raya Karangreja, jalan menuju Pemalang dari arah Purbalingga, jalur utara Jawa. Kalau saya pulang kampung bersama keluarga dengan kendaraan sendiri dan lewat jalur ini, biasanya saya singgah di warung ini untuk beli buah nanas. Buah nanas jadi salah satu tanaman utama di kebun dan hutan di daerah ini. Orang tua anak perempuan ini juga punya kebun nanas. Anak perempuan ini melayani pembeli dengan cekatan, cepat, dan lincah. Suara keras, intonasi jelas, menyebut harga-harga dagangan juga cepat, tangan terampil menyodorkan dagangan. Sebenarnya ada seorang perempuan dewasa yang jaga warung juga. Tapi sepertinya ia pekerja di kebun nanas. Ia pakai sepatu boot, pegang pisau besar, dan baju yang ia pakai dilapisi celemek. Sedari saya di situ, ia diam saja, tidak melayani pembeli. Hanya mengupas buah nanas. Setelah saya bicara-bicara dengannya, saya menyimpulkan ia perempuan dengan difabel tunarungu. âIbu kamu ke mana, Nak?â, tanya saya pada anak perempuan berseragam SD ini, karena saya ragu dengan harga-harga yang ditawarkan olehnya. Beberapa sangat murah, beberapa yang lain sangat mahal. âIbu sakit. Baru pulang dari puskesmasâ, jawabnya cepat dan keras. Sementara perempuan dewasa yang pekerja kebun, tidak tahu samasekali harga-harga barang. Lalu dengan suara keras pula, saya tanya pada perempuan itu dengan bahasa Jawa Ngapak Kromo Inggil, âItu anaknya yang punya warung nie kan Bu? Bapaknya ke mana?â, tanya saya. âIya. Bapaknya ke gunung, belum balik. Betulin saluran air. Pipa saluran air kita dari gunung ada yang rusakâ, jawabnya tak kalah keras di depan muka saya. Gunung yang dimaksud perempuan itu adalah bukit. Daerah ini memang daerah berbukit-bukit, dengan gunung Slamet sebagai penyangganya. Iklan Akhirnya Ibu pemilik warung muncul dari balik pintu warung. Dengan daster lusuh dan sweater tebalnya, ia tampak kedinginan dan pucat. Saya menyapanya, dan mengkonfirmasi harga jual yang disebutkan oleh puteri kecilnya itu. Dan,.......yakkk....., salah semua. Minuman olahan buah nanas seharga Rp. oleh puterinya dihargai Rp. Lalu saya tawar jadi 20 ribu rupiah, saya tawar 15 ribu tidak dapat. Opak singkong seharga Rp. puterinya jual seharga 22 ribu rupiah, nanas kecil satu ikat Rp. harga versi anak kecilnya jadi 25 ribu rupiah, dan seterusnya. Tetiba saya jadi teringat kebun nanas di atas bukit milik orang tua kawan baik saya, Reggy, di Dok V Jayapura, Papua. Di sana juga, pipa air mengular dari bukit nanas dan buah merah turun ke kampung. Kata Bapa Reggy, mereka rumah-rumah dekat bukit itu dapat air bersih dari pipa air yang bersumber dari gunung. Masyarakat baku buat sendiri saluran air. Ada memang sebuah organisasi nirlaba yang kasih bantuan pipa. Tapi terbatas. Teman saya yang lainnya, Verro Meak di Fakfak, Papua, melakukan penelitian terhadap distribusi air bersih di Distrik Fakfak Tengah pada 2016. Bahkan di Fakfak, yang masyarakat adatnya, khususnya Suku Mbaham Matta, memandang air sebagai sumber kehidupan, setara agama dan ideologinya mereka menyebutnya dengan istilah âKraâ, namun mengalami keterbatasan air bersih. Di Distrik Fakfak Tengah, terdapat sistem pipanisasi oleh PDAM. Tapi, dalam temuan Verro Meak di 13 kampung dan satu kelurahan di Distrik Fakfak Tengah, sistem pipanisasi tersebut belum termanajemen dengan baik. Pendistribusian belum merata, saat musim kemarau tiba tidak ada solusi mengatasi kekeringan. Selain itu, juga dijumpai indikasi perlakuan diskriminatif dalam distribusi air. Di banyak daerah di negeri ini, kebutuhan air bersih di kampung-kampung bersumber dari gunung dan bukit. Kesulitan mereka hadapi, terutama saat musim kemarau melanda. Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta misalnya, merupakan daerah langganan kekeringan. Begitu juga daerah-daerah di lereng gunung Slamet Jawa Tengah. Sejak sekitar Mei-Juni atau bulan puasa 2017 hingga kini kesulitan air bersih, dan belum ada upaya dari pemerintah untuk mengatasi situasi itu. Sebagaimana dilansir Saat saya pulang kampung Lebaran Juni 2017, debit air sungai-sungai yang saya lewati di sepanjang lereng Slamet hingga Kampung halaman saya, Bocari-Purbalingga, masih cukup besar. Namun saat saya pulang kembali pada akhir Juli ini debit air sudah sangat berkurang. Di kampung saya dan tetangga-tetangga kampung, jika air sumur kering di musim kemarau, maka sungai adalah sumber air bersih kami. Kadang, juga mencari dan menggali mata air baru di sawah, atau dekat-dekat sungai. Tak jarang, perempuan, anak-anak-lah yang menimba atau mengangsu air dengan jirigen atau ember dan berjalan kaki jauh. Saya kanak-kanak mengalami situasi itu. Di Hari Anak Nasional beberapa hari lalu, Presiden Jokowi melakukan kampanye anti bullying di lingkungan anak dan sekolah, serta menghibur sejumlah anak-anak di Jambi, Sumatera dengan main sulap. Kotak kosong disulap jadi bunga. Ternyata pandai main sulap??! Jujur, saya takjub, setelah pada hari buku, ia duduk-duduk bersama anak-anak di Jawa Barat untuk mendongeng legenda-cerita rakyat Lutung Kasarung. Dan di Cilacap juga pernah bercanda, main tebak-tebakan dengan anak-anak pakai Bahasa Ibunya mereka, âJawa Ngapakâ. Tapi Mr. Presiden, jangan lalu sulap bukit-hutan penyangga kehidupan jadi jalan trans, sulap hutan adat jadi sawah, sulap belantara kaki gunung jadi PLTP, sulap pohon sagu jadi padi. Jangan âpindahkanâ fauna di rimba belantara ke museum zoologi. Jangan âpindahkanâ flora di hutan ke kebun raya. Yang terlanjur stop sudah sekarang, lalu lakukan pemulihan pada alam dan korban terdampak. Sebab kalau diteruskan, presiden-presiden mendatang terlalu banyak bahan mendongeng buat anak-anak kita. Karena hutan, bukit, sungai, belantara, dan seisinya musnah sudah tinggal cerita, fabel, dan legenda. Sulap distribusi dan stok air bersih di kampung berbukit-bukit jadi lancar dan berkecukupan boleh. Sulap kulit nanas jadi mainan anak-anak juga boleh. Air adalah sumber kehidupan semua makhluk. Termasuk bagi anak kodok atau kecebong. Dan tak terkecuali bagi anak-anak. Semua orang, semua anak perlu dan berhak atas air bersih. Anak-anak juga perlu berkawan dan bermain dengan air. Rimba belantara mesti ada. Air harus melimpah. Tidak menyulap hutan menjadi lahan proyek berarti menjaga air terus mengalir. Cipali, 24 Juli 2017 Ikuti tulisan menarik Adiani Viviana lainnya di sini.
YesusSumber Air Kehidupan. 4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. 4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.Jikakita mau menerima Yesus sebagai Mempelai Pria, tentu kita memiliki sumber air kehidupan dan menerima karunia Allah yang berlimpah itu. Ini merupakan berkat rohani yang demikian besar bagi kita. Selain berkat rohani yaitu air kehidupan, dalam Pengkhotbah 5:18 dituliskan bahwa Tuhan juga mengaruniakan berkat secara jasmani berupa kekayaan, harta benda dan kemuliaan sehingga kita tidak kekurangan sesuatu apapun.