HadisArba'in Ke 4 Tentang Tahapan Penciptaan Manusia. Author. admin /. Posted on. Mei 5, 2017. Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, Rasulullah saw. yang jujur dan terpercaya bersabda kepada kami, "Sesungguhnya penciptaan kalian dikumpulkan dalam rahim ibu, selama empat puluh hari berupa nuthfah (sperma), lalu menjadi alaqahKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dosa kepada sesama manusia itu lebih berat daripada dosa kepada Allah Maha Pemaaf sehingga dosa kita sangat mudah dihapuskan asalkan kita senantiasa beristighfar dan bertaubat. Namun, dosa atau kesalahan terhadap sesama manusia belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah swt, karena manusia tidak sepemaaf Allah dari kita masih banyak nih masih ngeremehin dosa sesama manusia, padahal dosanya jauh lebih berat. "Barangsiapa yang mempunyai kedzaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari dimana nanti tidak ada dinar dan dirham hari kiamat, dimana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu." HR. Bukhari. Dosa-dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa seperti ini yang paling sulit dan paling menyusahkan. Seperti mencuri harta orang lain, membunuh orang lain, menuduh orang lain berzina, memfitnah orang lain, dan mendzalimi orang yang berkaitan dengan manusia tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah swt, tetapi juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah tersakiti. Maka dari itu, jangan biasakan menyakiti hati orang lain, karena proses pertaubatannya pun sangat susah. Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar bertaubat. Tapi mesti mengembalikan harta yang pernah dicuri atau dihutang. Kalaupun tidak mampu untuk mengembalikan, maka akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintailah maaf dan diantara sesama manusia hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan diantara mereka. Inilah otoritas Allah swt yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka dapat saling memaafkan. Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia yang pemaaf."Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidaklah kamu ingin diampuni oleh Allah?" QS. An-Nur 22"Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang." QS. Al-Taqhabun 14.Semoga Bermanfaat Lihat Cerpen Selengkapnya BincangSyariahCom - Salah satu tipu daya setan dan gerbang utama yang digunakan setan untuk menggoda manusia adalah sesuatu yang dianggap remeh.Meremehkan suatu perbuatan, demikian pula meremehkan dosa yang dilakukan oleh manusia sendiri. Rasulullah telah mengingatkan kepada kita bahwa sesuatu yang bernama setan itu menyukai hal-hal kecil yang diremehkan manusia. Hajinews – Jika kita berbuat dosa kepada Allah Ta’ala, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Pemaaf sehingga dosa kita mudah dihapuskan asalkan kita istighfar dan bertobat. Namun dosa atau kesalahan terhadap sesama manusia, belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah, karena manusia tidak sepemaaf Allah Ta’ala. ” Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham hari kiamat, di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu.” HR Bukhari Dosa-dosa yang berhubungan dengan manusia seperti inilah yang paling sulit dan menyusahkan dan lebih berat. Seperti mencuri harta orang lain, ghibah terhadap orang lain, memfitnah orang lain, menzalimi orang lain, dsb. Dosa-dosa yang berkaitan dengan manusia tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah saja, tetapi juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah disakiti. Maka dari itu, jangan biasakan menyakiti hati orang lain, karena proses pertaubatannya pun sungguh sulit sekali. Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar taubat, tapi mesti harus mengembalikan harta yang pernah dicuri ataupun dihutangi. Kalau tidak mampu mengembalikan, akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintalah maaf dan keikhlasannya. Kekhilafan di antara sesama manusia hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara mereka. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan. Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia yang memiliki sifat pemaaf. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman وَلْيَـعْفُوْا وَلْيَـصْفَحُوْا ۗ اَ لَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَـكُمْ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “…Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. An-Nur 22 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman وَاِ نْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ” Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”QS. Al-Taqhâbun 14 Wallahu a’lam. Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, ” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ” Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” HR. Muslim.
Jawaban(1 dari 5): Bismillah, Jawabannya bukan karena dosa mana lebih beratkarena tidak ada hubungan antara jumlah saksi dengan beratnya dosa. Kalau misalkan karena saksi zina 4 orang sementara saksi pembunuhan 2 orang, terus dibilang bahwa dosa zina lebih besar dari dosa pembunuhan, maka ap
Dosa kepada sesama manusia lebih berat daripada dosa kepada Allah. Allah Maha Pemaaf sehingga dosa kita sangat mudah dihapuskan asalkan kita istighfar dan bertobat. Namun, dosa atau kesalahan terhadap sesama manusia, belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah karena manusia tidak sepemaaf Allah.“Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham hari kiamat, di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu” HR BukhariDosa-dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa seperti ini yang paling sulit dan menyusahkan. Seperti mencuri harta orang lain, membunuh orang lain, menuduh orang lain berzina, memfitnah orang lain, menzalimi orang lain.Dosa-dosa yang berkaitan dengan manusia tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah, tetapi juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah disakiti. Maka dari itu, jangan biasakan menyakiti hati orang lain, karena proses pertaubatannya pun sangat susah. Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar taubat, tapi mesti harus mengembalikan harta yang pernah dicuri ataupun hutang. Kalau tidak mampu mengembalikan, akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintalah maaf dan keikhlasannya.Kekhilafan di antara sesama manusia hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan di antara mereka. Inilah otoritas Allah yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka sendiri dapat saling memaafkan.Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia pemaaf. Allahumma Shalli Alaa Sayyidina Muhammad Wa Alaa Aali Sayyidina Muhammad.. ”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” QS. An-Nur22. ”Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS Al-Taqhâbun14. Dosadosa berat bagi umat Kristen adalah: bidah, skisma, penghujatan, kemurtadan, sihir, keputusasaan, bunuh diri, percabulan, perzinaan, dosa-dosa kedagingan yang tidak wajar,* inses, kemabukan, sakrilegi, pembunuhan, pencurian, perampokan, serta setiap pencederaan yang kejam dan brutal. “Barang siapa yang mempunyai kezaliman kepada saudaranya mengenai harta dan kehormatannya minta dihalalkanlah kepadanya dari dosa itu sebelum datang hari dimana nanti tidak ada dinar dan dirham di hari Kiamat, dimana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya,maka akan diambil dari dosa yang teraniaya itu lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya tersebut HR. Bukhori Muslim Hadis di atas menjelaskan bahwa dosa sesama manusia tidak dapat dibebaskan dengan semata bertaubat dan dan memohon ampun kepada Allah SWT tanpa melibatkan manusia yang bersangkutan yang berkaitan dengan kesalahan yang pernah merugikan,menyakiti hati orang yang terzalimi. Tetapi kekhilafan dan kesalahan berinteraksi sesama manusia dapat terbebaskan apabila sudah dapat pengakuan untuk saling memaafkan di dunia ini. Allah SWT memberi kesempatan untuk saling memaafkan selagi masih hidup didunia ini, selagi masih berlaku alat tukar berupa uang dan dinar dan dirham. Seandainya seseorang yang merasa dirugikan harga dirinya dengan ujaran kebencian, gunjingan, ghibah dan sebagainya, lalu meminta ganti rugi dengan pembayaran sejumlah uang dan harta benda. Apakah kompensasi itu halal di terimanya, tentu uang sebagai penebus harga dirinya itu halal dia terima. Tetapi jika kekhilafan dan kesalahan sesama manusia di dunia ini belum terselesaikan, lalu kehidupan di dunia ini berakhir dengan sebab kematian. Maka penyelesaian kesalahan terhadap sesama manusia masih dapat diselesaikan melalui keluarga yang masih hidup dengan meminta maaf atau membayar ganti rugi. Jika tidak maka penyelesaian akan diselesaikan di hadapan Allah SWT dengan cara mengambil pahala kebaikan orang yang bersalah dan dialihkan kepada orang yang dirugikan ketika hidup di dunia. Jika pahala kebaikannya sudah kandas maka dipikulkan pula kepadanya sebagian kesalahan pihak yang dirugikan kepada pelaku kesalahan tadi sesuai dengan hitungan yang berdasarkan keadilan Allah SWT. Dosa antar sesama makhluk, sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Ghazali di dalam kitab Minhajul Abidin, tidak kurang dari 5 macam Pertama, dosa yang berkaitan dengan harta manusia seperti mencuri, korupsi, menipu, hutang dan sebagainya. Kedua, dosa yang berkaitan dengan jiwa, seperti membunuh. Ketiga, yang berkaitan dengan harga diri. Keempat, berkaitan dengan kehormatan keluarga. Kelima, doa yang berkaitan dengan agamanya. Adapun cara membebaskannya adalah jika berkaitan dengan harta,wajib mengembalikannya. Jika tidak mampu karena jatuh miskin mohon dibebaskan dari tuntutan, jika yang bersangkutan telah meninggal dunia, bersedekahlah atas namanya. Dan jika tidak, perbanyaklah kebaikan dengan harapan kebaikannya akan membayarnya di Akhirat kelak. Yang berkaitan dengan jiwa, dia wajib menyerahkan dirinya kepada keluarganya untuk dituntut balas qishas atau mengganti diat kompensasi. Sedangkan yang berkaitan dengan harga diri seperti menggunjing, memaki, mencaci dan sebagainya, dia wajib mengakui kesalahannya dan memohon kemaafannya. Adapun yang berkaitan dengan kehormatan keluarganya, tidak ada jalan untuk memohon kemaafan karena telah menimbulkan kebencian antar keluarga. Bahkan bisa antar suku, satu-satunya jalan adalah merobah sikap sehingga dapat merobah kebencian tadi menjadi rasa simpati. Berkaitan dengan agamanya, seperti menyatakan dia ahli bid’ah, sesat, fasik dan sebagainya, dapat dilakukan dengan mohon kemaafannya, atau dengan menyesali perbuatannya dan banyak melakukan kebaikan. Bertobat kepada Allah SWT adalah jalan terakhir untuk lepas dari kezaliman yang telah dilakukan. Barang siapa yang tidak bertobat mereka itu adalah orang orang yang zalim. Momentum halal bi halal yang berlaku di negeri ini adalah kesempatan emas untuk mencairkan hubungan sesama manusia terutama hubungan seakidah dan hubungan kerabat. Kata halal berarti membebaskan, melepaskan, memecahkan, membubarkan, membolehkan, mencairkan. Terminologi halal bi halal tidak ditemukan di dalam Alquran dan sunah Nabi Muhammad SAW. Bahkan perkataan para sahabat dan para ulama sekalipun, hanya di negeri Indonesia ini terminologi tersebut populer diucapkan. Ditemukan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang didefenisikan sebagai kegiatan “hal maaf memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan biasanya diadakan di sebuah tempat auditorium, aula oleh sekelompok orang–merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia” Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 2003, Sejatinya, menghalalkan dan mengharamkan adalah merupakan wewenang Allah SWT, dan tidak ada sedikitpun wewenang manusia bahkan siapa yang melakukannya. Berarti dia telah menandingi atau menyekutukan Allah SWT. Sebab itu, Allah SWT mengecam orang yang menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah dan mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya Katakanlah ya Muhammad! Terangkanlah kepada-Ku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kami jadikan sebagiannya haram dan sebagian lain halal, katakanlah, apakah Allah telah memberi izin tentang ini ataukah kamu mengada-ngadakan atas nama Allah? QS. Yunus 59. Demikian pula, Allah SWT telah mengutuk orang Yahudi dan Nasrani karena menjadikan ulama dan fukaha mereka sebagai tuhan disebabkan kehalalan dan keharaman tergantung kepada keputusan mereka QS. At-Taubah 31. Sebab itu tradisi halal bi halal tidak dapat diartikan sebagai pembolehan sesuatu yang diharamkan Allah SWT. Seperti menggunjing, menggosip, memfitnah, mengambil hak orang lain, mencuri, korupsi, dan sebagainya, yang berkaitan dengan hak manusia, semua itu tidak dapat dihalalkan dibolehkan dengan melaksanakan upacara halal bi halal. Hanya saja, jika perbuatan yang terlarang tersebut jika berkaitan dengan hak-hak manusia, dapat dimaafkan jika yang bersangkutan mau memaafkannya. Namun bukan berarti perbuatan terlarang tersebut menjadi halal. Dengan arti kata, jika sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT. berkaitan dengan hak manusia, Allah SWT. tidak akan mengampuninya sebelum yang bersangkutan belum memaafkannya. Dengan demikian, dalam larangan mencederai hak-hak manusia, di sana terdapat hak-hak Allah SWT. Dengan kata lain, dosa terhadap manusia di dalamnya terdapat dosa kepada Allah SWT, dosa kepada Allah SWT berkaitan dengan melanggar larangan-Nya. Sedangkan dosa ke manusia berkaitan harga diri, harta dan keluarganya. Maka sesuatu yang berkaitan dengan hak Allah SWT dapat dilakukan dengan bertaubat, jika berkaitan dengan hudud dan qishas wajib dilaksanakan. Sedangkan yang hak manusia wajib dikembalikan. Adapun yang berkaitan dengan harga diri manusia, dimohon kemaafannya. Wallahua’lamubishshawab. WASPADA Wakil Ketua Dewan Fatwa Alwashliyah c8aaS9M.